“The
basic goal of physics is not mathematical elegant or even the achievement
of tenure,
but
learning the truth about the world around us”
Philip
W. Anderson,
Physics
Today
43
(2), 9 (1990)
Sekali lagi pertanyaan-pertanyaan yang sama
ketika memasuki kelas baru di tahun pelajaran baru saya temukan lagi. “Gimana
sih Pak supaya bisa Fisika?” atau “Fisika
kok susah ya Pak?”. Pertanyaan yang
hampir selalu dilontarkan oleh peserta didik, ketika saya mengajar Fisika.
Mungkin sudah takdir bagi saya sebagai seorang guru Fisika. Atau mungkin karena
saya saja yang kurang pandai mengajarnya. Dan atas pertanyaan itu sampai saat
ini belum ada jawaban yang saya lontarkan paling cuma berkomentar sedikit, tapi
saya pikir belum sampai kepada inti permasalahannya. Paling cuma jawaban klise
begini: “Fisika itu nggak sulit, asal….”
Selama ini Fisika masih dianggap keliru
oleh banyak orang. Mereka masih menganggap Fisika sebagai pelajaran yang sangat
sulit dimana kita haruslah menghafal rumus, rumus, dan lagi-lagi rumus. Mencoba
untuk mengingat tujuh tahun yang lalu, terasa begitu bangganya ketika saya
sanggup untuk menurunkan rumus-rumus hingga ketemu rumus baru yang tidak
tanggung-tanggung hingga satu papan tulis. Wuih,
terasa saya menjadi yang terpandai dalam kelas tersebut J. Tetapi dalam kenyataannya hanya beberapa siswa saja yang mampu menyerap
ilmu yang saya tularkan, terutama bagi siswa-siswa yang memiliki tingkat
kecerdasan lebih.
Beberapa trik dan solusi mudah belajar dan
memahami Fisika coba saya berikan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa,
namun tetap saja hasilnya kurang memuaskan saya. Tetap saja yang menyukai Fisika
hanyalah ”itu-itu saja”. Hingga suatu
hari penulis mengikuti pelatihan Fisika di luar kota yang diselenggarakan oleh
Lembaga Pendidikan PRIMAGAMA dengan pemateri alumni Surya Institute (Prof.
Yohanes Surya) tentang Fisika Tanpa Rumus. Terasa begitu indahnya memahami Fisika
dengan mudah.
Seperti contoh, ketika
saya tanyakan kepada siswa-siswa saya yang baru naik kelas VIII (delapan)
tentang besaran-besaran yang termasuk dalam besaran pokok, semuanya tertunduk
dan tidak berani menjawab karena memang lupa. Tetapi setelah saya berikan
motivasi belajar dan penyelesaian mudah, ada sedikit motivasi (terus
berkembang) dalam diri para siswa. Saya mencontohkan untuk menjawab pertanyaan
tadi dengan menggunakan kata ”PWI SuKA MaJu”. P untuk panjang, W untuk Waktu, I
untuk intensitas cahaya, Su untuk suhu, KA untuk kuat arus listrik, Ma untuk
massa, dan Ju untuk jumlah zat. Walaupun tidak urut, tetapi ketujuh besaran
tercakup di dalamnya.
Sebagai contoh, kita simak soal tentang gerak
di bawah ini.
Perhatikan gambar di bawah ini. Mobil A bergerak
berlawanan dengan mobil B masing-masing dengan kecepatan 20 m/s dan 10 m/s. Hitunglah
kapan kedua mobil tersebut bertemu jika jarak awal kedua mobil 2100 m?
A B
Jawab :
SA + SB =
2100
VA . t + vB . t = 2100
20 . t + 10 . t = 2100
30 . t = 2100
t = 70 detik
Apabila kita
perhatikan penyelesaian dengan rumus di atas akan membuat siswa dengan
kemampuan biasa-biasa saja akan merasa kesulitan karena rumus yang ada adalah
rumus logika yang dikembangkan sesuai dengan bentuk soal dan operasi Matematika
yang rumit.
Sekarang,
mari kita perhatikan penyelesaian soal di atas dengan menggunakan Fisika Tanpa
Rumus.
Mobil A bergerak dengan kecepatan
20 m/s, artinya dalam 1 detik mobil A bergerak sejauh 20 m. Mobil B bergerak dengan
kecepatan 10 m/s, artinya dalam 1 detik mobil B bergerak sejauh 10 m. Sehingga
dalam 1 detik, jarak yang ditempuh kedua mobil adalah 30 m. Artinya, jika jarak
awal kedua mobil 2.100 m, maka kedua mobil akan bertemu (berpapasan) dalam
2.100 / 30 = 70 detik.
Lebih mudah, kan?
Fisika Tanpa Rumus yang awalnya
dikemukakan oleh Prof. Yohanes Surya, menyadarkan saya bahwa, mestinya
seorang guru mampu menunjukkan kepada siswanya betapa mudah dan indahnya Fisika.
Seorang guru mampu menunjukkan betapa enak dan rileksnya belajar Fisika.
Seorang guru mampu mengantar siswanya mengerti berbagai fenomena alam lewat Fisika
dengan begitu sederhananya.
Prof. Yohanes Surya pernah mengatakan bahwa, Fisika yang
mudah adalah Fisika yang tanpa rumus. Pernyataan ini menarik sekali. Ya sangat
menarik! Kenapa? Menariknya karena, Prof. Yohanes Surya tidak (berani☺) berkata
“Fisika yang tanpa Matematika”. Dari perkataannya ini, saya dapat mengatakan
bahwa keberadaan Fisika itu bergantung pada keberadaan Matematika. Tanpa Matematika,
Fisika tak akan bisa berbuat banyak. Walaupun, Matematika yang harus
”menyesuaikan” dengan alam Fisika bukan alam Fisika yang ”ikut” Matematika. Prof.
Yohanes Surya pun pernah mengemukakan bahwa salah satu dampak dari adanya
olimpiade Fisika adalah terciptanya pengembangan pengajaran Fisika yang asyik
dan menarik yaitu dengan menggunakan rumus sesedikit mungkin (atau tanpa rumus)
dalam mengerjakan soal-soal Fisika. Lalu, perkataan “Fisika tanpa rumus” itu
maksudnya apa? Saya pikir maksudnya adalah:pengerjaan atau penjelasan atau
penyelesaian soal-soal / masalah Fisika yang (hampir) tanpa melibatkan
simbol-simbol Matematika. Atau dengan kata lain, pembelajaran Fisika yang lebih
mengacu pada pendekatan yang digunakan, yaitu penguasaan konsep-konsep Fisika.
Maka
bisa saya katakan bahwa, ”SMART Solution For SMART Student”.
Silakan pilih! Lebih
suka “Fisika yang pakai rumus” atau “yang tanpa rumus”? Kalau saya sih dua-duanya
suka.☺
0 komentar:
Posting Komentar