Keseimbangan Dalam Ledakan
Lantas, seberapa peka keseimbangan ini? Berapa banyak "selisih" yang mungkin ada di antara dua kekuatan ini?
"Sesungguhnya Tuhan kamu adalah Allah yang
telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas
'Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan
(diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang (masing-masing)
tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak
Allah. Maha-suci Allah Tuhan semesta alam." (QS.
Al A'raaf, 7:54)
Para
ilmuwan memperkirakan di seluruh alam semesta terdapat 300 miliar galaksi.
Galaksi-galaksi ini memiliki beberapa bentuk berbeda (spiral, elips, dan
lain-lain) dan masing-masing memiliki bintang kira-kira sebanyak jumlah galaksi
di alam semesta. Salah satu bintang ini, Matahari, memiliki sembilan planet
utama yang mengitarinya dalam keserasian yang luar biasa. Seluruh manusia hidup di planet ketiga dihitung dari matahari.
Perhatikan
sekitar Anda: Apakah yang Anda lihat tampak seperti sebaran materi yang
berserakan tidak karuan? Tentu saja tidak. Namun, bagaimana materi membentuk
galaksi-galaksi yang teratur seandainya materi itu tersebar secara acak?
Mengapa materi berkumpul di satu titik dan membentuk bintang? Bagaimana
keseimbangan yang begitu indah pada tata surya dapat muncul dari ledakan yang
dahsyat? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan penting dan menuntun kita pada
pertanyaan yang sesungguhnya yaitu bagaimana alam semesta tersusun setelah
Dentuman Besar.
Jika
Dentuman Besar benar-benar ledakan yang maha menghancurkan, maka masuk akal
untuk memperkirakan bahwa materi akan tersebar ke segala penjuru secara acak.
Namun ternyata tidak demikian. Materi hasil Dentuman Besar tersusun menjadi
planet, bintang, galaksi, kluster, dan superkluster. Seolah-olah sebuah bom
meledak dalam lumbung dan menjadikan seluruh gandum terisikan ke dalam karung,
dan tersusun rapi di atas truk, siap untuk dikirimkan, bukannya tersebar acak-acakan
ke seluruh penjuru. Fred Hoyle, penentang setia teori Dentuman Besar,
mengemukakan keterkejutannya sendiri akan keteraturan ini:
Teori Dentuman Besar menyatakan alam semesta dimulai dengan ledakan
tunggal. Namun seperti terlihat pada bagian berikut, sebuah ledakan hanya akan
membuat materi terlontar secara acak, namun Dentuman Besar secara misterius
memberikan hasil berlawanan dengan materi terkumpul dalam bentuk
galaksi-galaksi.
Salah satu
teka-teki berhubungan dengan percepatan yang ditimbulkan oleh ledakan. Ketika
ledakan terjadi, materi pasti mulai bergerak dengan kecepatan luar biasa tinggi
ke segala arah. Namun ada hal lain yang harus diperhatikan dalam hal ini. Pasti
ada gaya tarik yang begitu besar di awal ledakan: gaya tarik yang cukup kuat
untuk mengumpulkan seluruh alam semesta pada satu titik.
Dua kekuatan
berbeda dan saling berlawanan bekerja di sini. Kekuatan dari ledakan,
melontarkan materi ke luar dan menjauh, serta kekuatan dari gaya tarik,
mencoba menahan kekuatan dari ledakan dan menarik semua materi untuk kembali
menyatu. Alam semesta terbentuk karena dua kekuatan ini dalam keseimbangan.
Jika kekuatan gaya tarik lebih besar daripada kekuatan ledakan, alam semesta
hancur bertabrakan. Jika terjadi sebaliknya, materi akan berpencar ke segala
penjuru dan tidak mungkin menyatu kembali.
Paul Davies
Ahli fisika
matematis, Paul Davies, Profesor dari Universitas Adelaide di Australia,
melakukan perhitungan panjang terhadap keadaan yang harus ada pada saat
Dentuman Besar terjadi dan meng-hasilkan angka yang hanya dapat digambarkan
sebagai mencengang-kan. Menurut Davies, jika laju pengembangan hanya berbeda
lebih dari 10-18 detik saja (satu detik dibagi satu miliar kemudian
dibagi satu miliar lagi), alam semesta tidak akan terbentuk.
Davies menjelaskan kesimpulannya:
Pengukuran yang teliti menempatkan laju pengembangan sangat dekat pada
nilai kritis sehingga alam semesta dapat bebas dari gaya gravitasi dirinya dan
mengembang selamanya. Sedikit lebih lambat maka alam semesta akan hancur
bertubrukan, sedikit lebih cepat maka materi kosmik sudah menyebar secara acak
sejak dulu. Sangat menarik untuk menanyakan dengan pasti seberapa rumit laju
pengembangan ini telah disesuaikan dengan tepat untuk berada pada batas tipis
dua kehancuran dahsyat. Jika pada waktu I S (pada saat pola waktu pengembangan
telah terbentuk) laju pengembangan berbeda lebih dari 10-18 detik dari
semestinya, maka sudah cukup untuk memorak-porandakan keseimbangan y`ng rumit
tersebut. Energi ledakan alam semesta mengimbangi gaya gravitasinya dengan
ketepatan yang nyaris tak dapat dipercaya. Dentuman Besar jelas bukanlah
sembarang ledakan di masa lalu, namun ledakan dengan kekuatan yang dirancang
begitu indah.
Lalu, apa
yang diindikasikan keseimbangan yang begitu luar biasa ini? Satu-satunya
jawaban rasional untuk pertanyaan itu adalah bahwa keseimbangan itu merupakan
bukti rancangan sadar dan tidak mungkin ketidaksengajaan. Dr. Davies mengakui
sendiri hal ini, meskipun kecenderungannya tetap mengarah pada materialisme:
Sulit untuk menolak bahwa struktur alam semesta sekarang ini, yang tam-pak
begitu sensitif terhadap perubahan kecil dalam angka, telah dipikirkan dengan
saksama.... nilai-nilai numerik ajaib yang disuguhkan alam untuk
konstanta-konstanta dasarnya tetap merupakan bukti yang paling kuat bagi unsur
rancangan kosmik.
EMPAT GAYA
Kecepatan
Dentuman Besar merupakan salah satu keadaan keseimbangan yang luar biasa pada
momen awal penciptaan. Segera setelah Dentuman Besar, gaya-gaya yang menopang
dan mengatur alam seme-sta tempat kita tinggal harus "tepat benar"
secara numerik, karena kalau tidak, alam semesta tidak akan terbentuk.
Ada
"empat gaya dasar" yang dikenali fisika modern. Semua struktur dan
gerakan dalam alam semesta diatur dengan keempat gaya ini, yang dikenal sebagai
gaya gravitasi, gaya elektromagnetik, gaya nuklir kuat, dan gaya nuklir lemah.
Gaya nuklir kuat dan lemah bekerja hanya pada skala atom. Kedua gaya
lainnya-gaya gravitasi dan gaya elektromagnetik mengatur kumpulan atom, dengan
kata lain "materi". Keempat gaya dasar ini langsung bekerja setelah
Dentuman Besar terjadi dan menghasilkan pembentukan atom-atom dan materi.
Paul Davies
berkomentar tentang bagaimana hukum-hukum fisika menyediakan kondisi ideal
untuk kehidupan manusia:
Kalau saja alam memilih serangkaian angka yang sedikit berbeda, dunia akan
menjadi tempat yang sangat berbeda. Barangkali kita tidak akan ada untuk
melihatnya…. Penemuan baru tentang kosmos primitif mewajibkan kita menerima bahwa
alam semesta yang mengembang telah diatur dalam geraknya dengan suatu
ketelitian yang menakjubkan.
Astronomi mengarahkan
kita pada sebuah peristiwa unik, alam semesta yang diciptakan dari ketiadaan,
alam semesta dengan keseimbangan sangat rumit yang diperlukan untuk menyediakan
kondisi tepat bagi kehidupan, dan alam semesta yang mempunyai rencana dasar
(bisa dikatakan "super-nasional").
Ilmuwan-ilmuwan
yang baru saja dikutip telah menarik kesimpulan penting dari pengamatan mereka.
Mengkaji dan memikirkan keseimbangan luar biasa dan keteraturan yang indah
dalam rancangan alam semesta tak pelak lagi mengarahkan seseorang pada
kebenaran: Di alam semesta, ada rancangan unggul dan keselarasan sempurna.
Tidak diragukan lagi, Pembuat rancangan dan keselarasan ini adalah Allah, yang
telah menciptakan segalanya tanpa cacat. Dalam salah satu ayat-Nya, Allah
menarik perhatian kita pada keteraturan penciptaan alam semesta, yang
direnca-nakan, dan diperhi-tungkan dalam setiap detail:
"Yang
kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi dan Dia tidak mempunyai anak dan
tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya) dan Dia telah menciptakan
segala sesuatu dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya."
(QS. Al Furqan, 25: 2)
"Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya siang dan malam, bahtera
yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah
mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi segala jenis hewan dan pengisaran
angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda
(keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan." (QS. Al Baqarah,
2:164)
Melihat Kebenaran Nyata
Sains
abad ke-20 telah menunjukkan bukti mutlak bahwa alam semesta diciptakan oleh
Allah. Prinsip antropi yang telah disebutkan sebelumnya mengungkapkan bahwa
setiap detail alam semesta telah dirancang bagi manusia untuk hidup di dalamnya
dan bahwa tidak mungkin itu terjadi secara kebetulan.
Yang
menarik adalah bahwa orang-orang yang menemukan semua ini dan sampai pada
kesimpulan bahwa alam semesta tidak mungkin terbentuk tanpa sengaja adalah
orang-orang yang sama dengan yang mempertahankan filsafat materialisme. Ilmuwan
seperti Paul Davies, Arno Penzias, Fred Hoyle, dan Roger Penrose bukanlah
orang-orang yang taat beragama dan mereka tentu saja tidak bertujuan
membuktikan keberadaan Allah ketika mereka melakukan pekerjaan mereka. Orang
dapat membayangkan bahwa mereka mencapai kesimpulan tentang rancangan alam
semesta karena kehendak Mahakuasa yang tidak mereka sadari.
Ahli
astronomi Amerika, George Greenstein, mengakui ini dalam bukunya The Symbiotic
Universe:
Bagaimana ini bisa terjadi (bahwa hukum-hukum fisika
menyesuaikan diri dengan kehidupan)?... Setelah kami meninjau semua bukti,
suatu pemikiran berkeras muncul bahwa suatu kekuatan supranatural atau
tepatnya, Kekuatan-pasti terlibat. Mungkinkah bahwa tiba-tiba, tanpa
diniatkan, kami mendapatkan bukti ilmiah akan kehadiran Dzat Maha Agung? Apakah
itu Tuhan yang turun tangan dan berkenan menciptakan kosmos untuk keuntungan
kita?
Sebagai
seorang ateis, Greenstein mengabaikan kebenaran nyata; walaupun dia tidak bisa
mencegah dirinya bertanya-tanya. Di lain
pihak, ilmuwan lain yang tidak begitu berprasangka, langsung mengakui bahwa
alam semesta pasti telah dirancang khusus untuk umat manusia agar hidup di
dalamnya. Ahli
astrofisika Amerika, Hugh Ross mengakhiri artikelnya "Design and the
Anthropic Principle" dengan kata-kata ini:
Pencipta yang transenden dan cerdas pasti telah
menciptakan alam semesta. Pencipta yang transenden dan cerdas pasti telah
merancang alam semesta. Pencipta yang transenden dan cerdas pasti telah
merancang planet bumi. Pencipta yang transenden dan cerdas pasti telah
merancang kehidupan.
Jadi,
ilmu pengetahuan membuktikan penciptaan. Tentu saja ada Allah dan Dia menciptakan
segalanya di sekeliling kita, terlihat maupun tidak. Dia adalah Pencipta
tunggal keseimbangan yang luar biasa mencengangkan dan rancangan langit dan
bumi.
Telah sampai pada satu waktu bahwa sekarang materialisme tak lebih dari
sistem kepercayaan takhyul, tidak ilmiah. Ahli genetik Amerika Robert Griffiths
dengan bercanda menyatakan "Jika kita memerlukan seorang ateis untuk
berdebat, saya akan pergi ke jurusan filsafat. Jurusan fisika tidak berguna
sedikit pun."
Sebagai ringkasan: Setiap hukum fisika dan setiap konstanta fisik dalam
alam semesta telah secara spesifik dirancang untuk memungkinkan manusia ada
dan hidup. Dalam bukunya The Cosmic Blueprint, Davies menyatakan kebenaran ini
di paragraf terakhir, "Kesan adanya Rancangan sangat mendalam."
Tak diragukan lagi, rancangan alam semesta
adalah bukti perwujudan kekuatan Allah. Keseimbangan tepat dan semua manusia
dan makhluk lainnya adalah bukti kekuatan agung Allah dan penciptaan. Hasil
yang ditemukan oleh ilmu modern hanyalah pengerjaan ulang dari kebenaran yang
telah diungkapkan empat belas abad lalu dalam Al Quran.
"Sesungguhnya Tuhan
kamu adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu
Dia bersemayam di atas 'Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha-suci Allah Tuhan semesta
alam." (QS. Al A'raaf, 7:54)
disadur dari buku :