Pengalaman Adalah Guru Yang Terbaik, dan Guru Adalah Pengalaman Yang Terbaik

Minggu, 25 Agustus 2013

Badai Matahari : Fenomena Alam Dengan Sejuta Misteri

Masih ingatkah kalian dengan rumor terjadinya kiamat pada tanggal 22 Desember 2012 silam? Atau tidak sedikit dari kita yang begitu mengkhawatirkan akhir dari penanggalan suku Maya yang kisahnya bahkan menjadi spektakuler setelah diangkat dalam sebuah film fiksi dengan judul “2012”. Jika disimpulkan semuanya berasal dari satu sumber yaitu “MATAHARI”
Ya, Matahari sesungguhnya adalah sebuah bintang, tidak jauh berbeda dengan bintang-bintang lain yang kelihatan di langit malam. Yang membedakannya dari bintang-bintang lainnya adalah jaraknya dari bumi. Bintang di langit berjarak jutaan, bahkan miliaran kali jarak Matahari ke bumi, sehingga cahaya bintang yang sampai di bumi sudah lemah sekali. Jarak antara Matahari dan bumi adalah sekitar 150 juta kilometer. Karena begitu dekatnya, pancaran radiasi Matahari sangat terasa di bumi. Pancaran inilah yang menjadi sumber kehidupan di bumi.
Ditinjau dari sudut fisika bintang, Matahari tidak terlalu banyak memiliki aspek yang menarik perhatian seorang ahli astronomi penghuni sebuah tata surya lain. Meskipun demikian, Matahari tetap penting bagi para ahli fisika bintang di bumi, karena dengan mempelajari Matahari mereka mendapat kesempatan untuk mempelajari bintang lebih dekat. Itulah sebabnya Matahari sering disebut sebagai Batu Rosetta dalam istilah astronomi. Batu Rosetta adalah batu prasasti yang digunakan Champolleon, seorang arkeolog Perancis, untuk memecahkan tulisan hieroglif milik bangsa Mesir kuno.
Aktifitas magnetik yang terjadi pada matahari yang membuat matahari itu sendiri tetap “hidup” atau mampu menciptakan energinya sendiri. Matahari sebagai pusat sistem tata surya kita memiliki suhu 14 juta kelvin pada inti pusatnya. Di dalam inti Matahari juga memiliki tekanan 100 miliar kali lebih besar dengan tekanan atmosfer Bumi. Untuk dapat menyinari seluruh planet dalam tata surya, Matahari membutuhkan reaksi fusi termonuklir yang terjadi pada inti pusatnya. Energi hasil reaksi fusi tersebut dialirkan ke permukaan dan membuat medan magnet sangat kuat di permukaan Matahari yang disebut bintik Matahari (SunSpot). Dilanjutkan dengan prominence (lidah api matahari), lalu flare (letupan), yang mampu menimbulkan bow shock (angin matahari). Jika aktifitas tersebut membesar (sesuai dengan siklus 4 tahunan yang terjadi pada matahari), maka akan terjadi coronal mass ejection/CME (badai matahari). Badai matahari itu sendiri yang banyak dikhawatirkan oleh umat manusia apabila arahnya tepat mengarah ke bumi akan terjadi malapetaka besar seperti yang pernah terjadi di Quebec (Kanada) pada tahun 1988 atau pada tahun 2004 yang mengarah ke Indonesia. Badai matahari ini yang diprediksi mampu memusnahkan kehidupan di Bumi.
Bintik matahari ini membuat letupan-letupan di permukaan yang terlihat seperti lidah api yang menjilat-jilat. Letupan yang merupakan gaya tarik menarik dari medan magnet ini memiliki kekuatan arus yang sangat besar. Ketika medan magnet tak mampu menahan letupan, maka saat itulah letupan terlepas dan memuntahkan miliaran gas plasma. Gas plasma yang terlepas inilah yang disebut badai matahari .
Badai Matahari

Kecepatan badai matahari ini bisa mencapai delapan juta kilometer per jam. Hanya dalam waktu enam dan dua belas jam, badai matahari sudah mencapai planet Merkurius dan Venus. Saat menerpa Merkurius dan Venus, badai matahari menerjang permukaan planet secara langsung hingga menyebabkan peningkatan suhu planet yang sangat tinggi.
Bumi dikabarkan menerima serangan badai matahari pada Selasa (20/8/2013). Instrumen SOHO LASCO C2 menangkap sebuah gambar dari coronal mass ejection(CME) yang bergerak menuju Bumi. Instrumen yang digunakan untuk memantau aktivitas matahari itu berhasil menangkap gambar dengan cara menutup cahaya yang datang langsung dari matahari dengan 'disk occulter'.
Dilansir Nbcnews, Rabu (21/8/2013), Matahari melepaskan badai kuat pada Selasa (20/8/2013), mengirimkan partikel awan besar super panas yang melesat ke arah Bumi. Letusah matahari ini dikenal sebagai CME, yang tepatnya terjadi pada 04:24 a.m. EDT. Badai matahari ini mengeluarkan miliaran ton partikel matahari yang meluncur ke Bumi di kecepatan 2 juta mph (3,3 juta kilometer per jam). "Model penelitian percobaan NASA berdasarkan pada NASA's Solar Terrestrial Relations Observatory menunjukkan bahwa CME meninggalkan matahari di kecepatan 570 mil per detik," kata pejabat badan antariksa Amerika Serikat, NASA.
Kecepatan tinggi tersebut dinilai normal untuk kecepatan melesatnya CME. Pesawat luar angkasa Stereo dan Solar and Heliospheric Observatory milik NASA serta European Space Agency mengabadikan foto badai matahari tersebut dari luar angkasa. Partikel matahari ini kabarnya bisa mencapai Bumi dalam waktu dua atau tiga hari. Dampak yang bisa muncul dari fenomena CME yang mengenai Bumi ini antara lain, memicu gangguan pada radio komunikasi, sinyal GPS dan jaringan listrik.
Badai matahari sebenarnya tidaklah mengerikan. Justru sebaliknya, dialah yang menyebabkan keindahan langit berupa cahaya yang disebut Aurora Borealis terlihat di sebagian belahan Bumi. Tim peneliti dari Fakultas Fisika Universitas Oslo, Norwegia, membuat penjelasan tentang bagaimana proses terciptanya cahaya indah di langit Bumi ini. Saat badai matahari mencapai Bumi, ada sebuah perisai tak terlihat yang melindungi Bumi beserta manusia dari serangan badai panas tersebut. Bumi dilindungi oleh medan magnet yang bersumber dari kutub utara dan selatan Bumi. 

Gambar Aurora di Oulu, Finlandia (24/8/2013)

Gas plasma yang membawa medan magnet matahari menyatu dengan medan magnet Bumi dan kemudian dipantulkan. Akibat menyatunya medan magnet matahari dengan Bumi ini menghasilkan cahaya yang berkumpul pada kutub utara dan selatan Bumi. Maka terjadilah Aurora Borealis yang dapat dilihat di bagian Bumi belahan utara dan selatan.
Dilansir Nbcnews, Sabtu (24/8/2013), fenomena yang menampakkan garis-garis cahaya berwarna di langit ini akan dapat disaksikan pekan ini. "Bersiaplah para penyaksi aurora," kata NOAA dalam posting-an di halaman Facebook. Kabarnya, aurora ini terlihat pada Jumat atau Sabtu, pekan ini di wilayah Bumi bagian utara. Seperti diketahui, dua badai matahari mengirimkan partikel bermuatan ke luar angkasa. Partikel tersebut juga mengarah ke Bumi dan kabarnya bisa mempengaruhi medan magnet Bumi selama beberapa hari ke depan.
Untuk bisa menyaksikan aurora secara maksimal, selain wilayah geografis yang dekat dengan belahan Bumi utara, seorang pengamat langit juga disarankan berada di daratan yang tinggi. Fotografer Thomas Kast mengungkap kepada SpaceWeather.com bahwa dirinya telah melihat aurora di Oulu, Finlandia.
Fotografer Goran Strand bahkan mengabadikan fenomena menakjubkan tersebut di Swedia bagian utara. "Aurora ini jauh lebih nyata dan lebih berwarna, dengan banyak ungu di dalamnya. Cahaya bulan yang kuat juga menambahkan pemandangan yang sangat berharga sepanjang malam," ungkap Goran.

Penulis: Muhammad Yosief Fu'adi, S.Si.