Pengalaman Adalah Guru Yang Terbaik, dan Guru Adalah Pengalaman Yang Terbaik

Selasa, 20 Desember 2011

Meminjami ALLAH Sesuatu

Assalamu'alaikum wr. wb.


Ketika kita diminta tolong untuk dipinjam uang kita oleh saudara kita, tentu saja dengan rela hati kita meminjamkannya, bukan?????

Namun, sudahkah selama ini kita berpikir PERNAH GAK KITA MEMINJAMKAN ALLAH SWT SESUATU HAL YANG BAIK???????

Coba......Sang Dzat berusaha meminjam sesuatu dari kita...Subhanallah.....betapa terhormatnya dan mulianya kita ini......


Lalu, apakah pinjaman yang baik itu????


Dalam Surah Al Muzzamil ayat 20 :

Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur'an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur'an dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


Di situ dijelaskan, salah satunya BERIKANLAH PINJAMAN KEPADA ALLAH PINJAMAN YANG BAIK....

Pinjaman yang baik yang dimaksud disini adalah WAKTU LUANG KITA DALAM SHOLAT KITA...DIMANA KITA DIMINTA ALLAH UNTUK MEMINJAMKANNYA SEIKHLAS HATI KITA.....COBA, RENUNGKAN....RESAPI DALAM HATIMU....^_^

Waktu kita untuk berusaha khusyu dan tidak lekas meninggalkan sholat begitu saja tanpa dzikir, tanpa doa...sehingga kita larut didalamnya....


Bisakah kita....mulai detik ini berusa meminjamkan Waktu untuk menyembahNya, untuk memohon ampun padaNYa, dan untuk berlama-lama bermunajat kepadaNya?????


Insya Allah....bila kita niat pasti bisa.

Demikian nasehat yang indah ini...Mudah-mudahan bermanfaat

Wassalamu`alaikum wr.wb

Sabtu, 19 November 2011

Ambisi dan Cita Seorang Anak Manusia

Pagi itu di suatu hari di tahun 1985, seorang anak kecil yang baru berusia 5 tahun berlari riang menuju ke depan kelas ingin sekali menunjukkan kepada teman - temannya dan bu Eng (guru TK nya) bahwa ia memiliki cita-cita menjadi GURU seperti ayahnya.

Tiga tahun berjalan seakan cepat. Si anak teringat akan cita yang ia ucapkan 3 tahun yang lalu. Sore itu, ia diajak oleh ayahnya untuk ikut ke sekolah tempat ayah mengajar dan mendidik siswanya untuk melaksanakan takbir keliling. Maklum, hari itu adalah hari kemenangan bagi umat muslim sedunia. Ia berdiri mematung, menatap bangunan tua dengan halaman yang luas, ya itulah SMP Negeri Tempeh, tempat dimana ayah mengabdikan hidup dan ilmunya untuk kemajuan pendidikan.

Tanpa sadar ia langsung berdoa,"Aku kelak ingin menjadi guru di sini".

Detik, menit, jam, bahkan tahun telah berlari meninggalkan anak itu dalam lamunannya.

Tetapi anak tersebut sadar bahwa ia harus berlari lebih cepat untuk menggapai semua citanya. Ia belajar dengan tekun tanpa ada sedikit raut takut di wajahnya. Bila lelah, ia ambil wudhu dan kembali dalam indahnya belajar.

SD, SMP, SMA, bahkan bangku kuliah telah ia lalui. Tawaran menjadi dosen di PTN favorit bagi para calon guru ia tolak secara halus. Ia ingat, dulu ia ingin menjadi guru di SMP Negeri Tempeh.

Di tahun 2006 sebuah surat permohonan menjadi guru ia layangkan ke Kepala SMP Negeri 1 Tempeh, yth. Bapak Bagya Hermawan, M.Pd. Alhamdulillah, dengan seizin Allah ia diterima di sana.

Awal mengajar ia mencoba beradaptasi. Sindiran, cibiran yang meragukannya ia buat sebagai pelecut motivasi untuk memberi yang terbaik bagi instansi yang sangat dicintainya. Ia ingin suatu saat ada siswanya yang berhasil mengharumkan nama sekolah ini.

Allah Maha Kaya, setelah diangkat menjadi PNS, ia ditempatkan tetap di SMP Negeri 1 Tempeh. Alhamdulillah. Sekarang ia tak lagi minder, ia coba tunjukkan prestasi untuk mengawal pendidikan dengan kejujuran dan kerja keras di sini.

Ya dialah MUHAMMAD YOSIEF FU'ADI, S.Si, seorang anak kecil yang mampu mewujudkan citanya. Halangan dan rintangan akan lebih terjal lagi. Lets do it. Ya, mari kita lakukan, dan tunjukkan bahwa kita bisa.

Yakin, dengan doa dan usaha...insya Allah akan tergapai.

INI CERITAKU, APA CERITAMU?


Sabtu, 12 November 2011

KESIMPULAN DARI SEBUAH ARGUMEN TENTANG PENCIPTAAN ALAM SEMESTA


Kepercayaan bahwa alam semesta kita yang menakjubkan ini bisa tersusun oleh kesempatan adalah gila. Dan saya tidak sepenuhnya bermaksud mengatakan gila dalam arti makian pada umumnya namun lebih dalam makna orang gila secara teknis. Meskipun pandangan seperti itu secara umum memiliki banyak aspek pemikiran yang menderita schizofrenia. Karl Stern, University of Montreal Psychiatrist (Jeremy Rifkin, Algeny, New York: The Viking Press, 1983, hal. 114 )

Pada awal uraian tulisan kami yang telah dimuat di majalah ini pada edisi-edisi sebelumnya, telah disebutkan adanya prinsip antropik dalam penciptaan alam semesta dan disebutkan bahwa prinsip ini telah diterima secara luas dalam dunia ilmu pengetahuan. Kemudian seperti yang telah dijelaskan, prinsip antropik menyatakan bahwa alam semesta ini bukan merupakan benda-benda yang terkumpul acak, tidak bertujuan, tidak berarah, dan bahwa sebaliknya, alam semesta ini dirancang dengan sengaja sebagai tempat tinggal bagi kehidupan manusia. 

Sejak itu kita telah melihat sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa prinsip antropik benar-benar sebuah fakta, bukti yang dimulai dari kecepatan perluasan Ledakan Besar ( Big Bang Theory ) hingga keseimbangan fisik atom, dari kekuatan relatif empat gaya fundamental hingga alkimia bintang-bintang, dari misteri bentuk ruang angkasa hingga ke susunan tata surya. Dan ke mana pun melihat, kita menyaksikan pengaturan luar biasa tepat dalam struktur alam semesta ini. Kita melihat bagaimana penyusunan dan ukuran bumi tempat kita hidup dan bahkan atmosfernya benar-benar seperti yang dibutuhkan. Kita menyaksikan bagaimana cahaya dikirimkan kepada kita dari matahari, air yang kita minum, dan atom-atom yang menyusun tubuh kita, serta udara yang terus-menerus kita hirup ke dalam paru-paru kita, semuanya luar biasa sesuai bagi kehidupan.

Singkatnya, setiap kali kita mengamati segala sesuatu di alam semesta, kita akan mendapati rancangan luar biasa yang tujuannya adalah memupuk kehidupan manusia. Mengingkari kenyataan rancangan ini berarti, seperti yang dikemukakan oleh psikiater Karl Sterm adalah melanggar batas pemikiran.

Implikasi rancangan ini juga jelas. Rancangan tersembunyi dalam setiap detail alam semesta merupakan bukti paling meyakinkan akan keberadaan Sang Pencipta, yang mengendalikan setiap detail dan memiliki kekuatan dan kebijaksanaan tidak terbatas. Seperti yang telah diungkapkan teori Ledakan Besar ( Big Bang Theory ), Sang Pencipta yang sama telah menciptakan alam semesta dari kehampaan.

Kesimpulan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan modern ini merupakan sebuah fakta yang difirmankan kepada kita dalam Al Quran, Allah menciptakan alam semesta dari ketiadaan dan memberinya keteraturan: 

"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah, Yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa dan kemudian, Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikuti-nya degan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari dan bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam."                  (QS. Al A'raaf, 7: 54)
 
Tidak aneh kalau kebenaran yang diungkap ilmu pengetahuan ini mengecewakan sebagian ilmuwan materialis dan akan terus demikian. Mereka adalah ilmuwan yang menyamakan ilmu pengetahuan dengan materialisme; mereka adalah orang-orang yang meyakini bahwa ilmu pengetahuan dan agama tidak dapat seiring, dan menjadi orang yang "berilmu pengetahuan" sama dengan menjadi atheis. Mereka telah dilatih untuk percaya bahwa alam semesta dan semua kehidupan di dalamnya dapat dijelaskan sebagai kejadian kebetulan, sekali tanpa adanya kehendak atau rancangan. Ketika orang-orang itu menemui fakta penciptaan yang jelas, ketidakpercayaan dan kebingungan mereka merupakan hal yang wajar.

Untuk memahami ketidakpercayaan kaum materialis, kita perlu mengupas sekilas pertanyaan tentang asal kehidupan.

Asal kehidupan, atau dengan kata lain, pertanyaan tentang bagaimana makhluk hidup pertama hidup di bumi, merupakan salah satu dilema terbesar yang dihadapi kaum materialis pada satu setengah abad terakhir. Kenapa harus seperti itu? Ini karena bahkan sebuah sel hidup, unit terkecil kehidupan, jauh lebih rumit dan tak tertandingi bahkan oleh pencapaian terbesar teknologi manusia. Hukum probabilitas membuat jelas bahwa tidak ada sebuah protein pun dapat terbentuk secara kebetulan; dan andaikan protein (unsur pembentuk sel yang paling mendasar) terbentuk secara kebetulan, kemungkinan terbentuknya sel utuh secara kebetulan bahkan sama sekali tidak terpikirkan. Tentu saja ini merupakan bukti penciptaan.
Karena ini merupakan topik yang dibahas secara lebih terperinci dalam materi lain, kami hanya akan mencoba menyuguhkan sedikit contoh di sini.

Terdapat 2.000 jenis protein dalam bakteri sederhana. Kemungkinan semua ini ada secara kebetulan adalah 1 banding 1040.000. Pada manusia terdapat 200.000 bentuk protein. Kata "tidak mungkin" terlalu halus untuk menggambarkan peluang kejadian seperti itu hanya karena kebetulan.

Sebelumnya, kami menunjukkan bagaimana keseimbangan di alam semesta tidak mungkin terbentuk secara kebetulan. Sekarang kami akan menunjukkan bagaimana hal yang sama juga berlaku bahkan untuk pembentukan secara kebetulan kehidupan paling seder-hana. Sebuah penyelidikan pada topik ini yang dapat kita jadikan acuan adalah perhitungan yang dibuat oleh Robert Shapiro, seorang dosen ilmu kimia dan pakar dalam bidang DNA di Universitas New York. Shapiro, seorang penganut Darwinisme dan evolusionisme, menghitung peluang pembentukan secara kebetulan 2.000 jenis protein berbeda yang diperlukan untuk menyusun sekadar bakteri seder-hana (tubuh manusia mengandung 200.000 bentuk protein berbeda). Menurut Shapiro, peluang tersebut adalah satu banding 1040.000 (Angka tersebut adalah "1" diikuti oleh 40. 000 nol, dan itu tidak ada persamaannya di alam semesta). (Robert Shapiro, Origins: A Sceptics Guide to the Creation of Life on Earth, New York, Summit Books, 1986. hal. 127) 

 Tentu saja, arti angka Shapiro sederhana, penjelasan kaum materialis (beserta rekannya, Darwinis) bahwa kehidupan tersusun kebetulan benar-benar tidak berlaku. Chandra Wickramasinghe, seorang dosen matematika dan astronomi terapan di Universitas Cardiff mengomentari hasil penghitungan Shapiro:

Kemungkinan pembentukan kehidupan dengan sendirinya dari benda mati merupakan satu berbanding dengan angka yang diikuti 1040.000 buah nol... Ini cukup besar untuk mengubur Darwin dan keseluruhan teori evolusi. Tidak ada cairan sumber kehidupan, baik di planet ini atau planet lain, dan jika permulaan kehidupan tidak terjadi secara acak, maka permulaan tersebut merupakan hasil dari kecerdasan yang bertujuan. (Fred Hoyle, Chandra Wickramasinghe, Evolution from Space, New York, Simon & Schuster, 1984, hal. 148) 

Astronomer Fred Hoyle menyimpulkan hal yang sama:

Sesungguhnya, teori semacam itu (bahwa kehidupan dirancang oleh suatu kecerdasan) sangat jelas sehingga membuat orang bertanya-tanya mengapa itu tidak diterima sebagai bukti dengan sendirinya. Alasannya lebih bersifat psikologis daripada ilmiah. (Fred Hoyle, Chandra Wickramasinghe, Evolution from Space, hal. 130) 

Baik Wickramasinghe dan Hoyle adalah orang-orang yang, hampir sepanjang karier mereka, memahami ilmu pengetahuan dengan pendekatan materialisme; namun kebenaran yang mereka temui adalah bahwa kehidupan diciptakan, dan mereka memiliki keberanian untuk mengakuinya. Sekarang, lebih banyak ahli biologi dan biokimia telah mengesampingkan dongeng bahwa kehidupan dapat muncul secara kebetulan.

Orang-orang yang masih setia menganut Darwinisme, orang-orang yang masih bersikukuh bahwa kehidupan muncul kebetulan sungguh dalam keadaan ketakuan seperti yang sudah kami katakan pada awal uraian ini. Tepat seperti yang dimaksud ahli biokimia Michael Behe ketika dia mengatakan, "Kenyataan bahwa kehidupan dirancang oleh suatu kecerdasan merupakan guncangan bagi kami pada abad ke-20 yang telah terbiasa memikirkan kehidupan sebagai hasil hukum alam yang sederhana" (Michael Behe, Darwin's Black Box: The Biochemical Challenge to Evolution, New York, The Free Press, 1996, hal. 252-53).  Guncangan yang dirasakan oleh orang-orang seperti itu merupakan guncangan karena harus menghadapi kenyataan keberadaan Allah, yang menciptakan mereka.

Para pengikut paham materialis jatuh ke dalam dilema tak terelakkan karena mereka berkutat untuk mengingkari kenyataan yang dapat mereka lihat dengan jelas. Dalam Al Quran, Allah menggambarkan kebingungan penganut materialisme sebagai berikut: 

"Demi langit yang mempunyai jalan-jalan, sesungguhnya kamu benar-benar dalam keadaan berbeda pendapat, dipalingkan dari padanya (Rasul dan Al Quran) orang yang dipalingkan. Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta, (yaitu) orang-orang yang terbenam dalam kebohongan lagi lalai."                                                         (QS. Adz-Dzaariyaat, 51: 7-11) 

Pada poin ini, tugas kita adalah mengajak mereka yang karena terpengaruh oleh filosofi materialisme, telah melewati batas-batas rasionalitas, untuk berpikir dan menggunakan akal sehat. Kita harus mengajak mereka untuk membuang semua prasangka mereka, berpikir, dan mempertimbangkan dengan cermat rancangan alam semesta beserta kehidupan di dalamya yang luar biasa, serta untuk menerimanya sebagai bukti sederhana akan kenyataan penciptaan Allah.

Akan tetapi, penyeru panggilan ini sebenarnya bukan kita sendiri melainkan Allah. Allah Sang Pencipta langit dan bumi dari ketiadaan, memanggil manusia yang Dia ciptakan untuk menggunakan akal mereka:

"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy (singgasana) untuk mengatur segala urusan. Tiada seorang pun yang akan memberi syafaat kecuali sesudah ada izin-Nya. (Zat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?"                                                                                                                 (QS. Yunus, 10: 3)

Pada ayat lain manusia diberitahu: 

"Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (QS. An-Nahl, 16: 17) 

Ilmu pengetahuan modern telah membuktikan kebenaran penciptaan. Sekarang waktunya bagi dunia ilmu pengetahuan untuk melihat kebenaran ini dan mengambil pelajaran darinya. Orang yang mengingkari atau menolak keberadaan Allah, terutama orang yang berpura-pura bahwa mereka melakukannya atas nama ilmu pengetahuan, sebaiknya menyadari betapa jauh mereka tersesat dan berbelok dari arah yang benar ini.
Di sisi lain, kebenaran yang diungkapkan oleh ilmu pengetahuan memiliki pelajaran lain bagi orang yang telah mengatakan bahwa mere-ka mempercayai keberadaan Allah dan bahwa alam semesta diciptakan oleh-Nya. Pelajaran tersebut adalah bahwa kepercayaan mereka mung-kin dangkal, bahwa mereka tidak sepenuhnya memikirkan bukti ciptaan Allah atau tentang konsekuensi-konsekuensinya, bahwa, karena alasan ini, mereka mungkin tidak memenuhi semua kewajiban atas kepercaya-an mereka. Dalam Al Quran Allah menggambarkan orang seperti itu dengan:

"Katakan: 'Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?' Mereka akan menjawab: 'Kepunyaan Allah.' Katakanlah: 'Maka apakah kamu tidak ingat?" Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang besar?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertak-wa?" Katakanlah: "Siapakah yang ditangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu me-ngetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?" (QS. Al Mu'minuun, 23: 84-89)

Orang yang telah menyadari bahwa Allah itu ada, dan Dia mencipta-kan segala sesuatu, namun tetap mengingkari kebenaran ini, sesungguh-nya seperti "tertipu". Adalah Allah yang menciptakan alam semesta dan bumi tempat kita hidup secara sempurna bagi kita dan kemudian men-ciptakan kita pula. Tugas setiap orang adalah untuk menganggapnya se-bagai fakta terpenting dalam kehidupannya. Langit dan bumi dan segala sesuatu di antaranya adalah milik Allah Yang Mahaagung. Umat manu-sia harus menganggap Allah sebagai Tuhan dan Penguasa dan mengabdi kepada-Nya. Kebenaran ini diungkapkan kepada kita oleh Allah dalam firman:

"Tuhan (Yang menguasai langit) dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh-hatilah dalam beribadah  kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?" (QS. Maryam, 19: 65)

"Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."
(QS. Ghaafir, 40: 57)

 
 Ditulis oleh : Muhammad Yosief  Fu’adi, S.Si
Diilhami dari : VCD Penciptaan Alam Semesta (Harun Yahya Series)

Rabu, 02 November 2011

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA

Para ilmuwan memperkirakan di seluruh alam semesta terdapat 300 miliar galaksi. Galaksi-galaksi ini memiliki beberapa bentuk berbeda (spiral, elips, dan lain-lain) dan masing-masing memiliki bintang kira-kira sebanyak jumlah galaksi di alam semesta. Salah satu bintang ini, Matahari, memiliki sembilan planet utama yang mengitarinya dalam keserasian yang luar biasa. Seluruh manusia hidup di planet ketiga dihitung dari matahari.
 
Perhatikan sekitar Anda: Apakah yang Anda lihat tampak seperti sebaran materi yang berserakan tidak karuan? Tentu saja tidak. Namun, bagaimana materi membentuk galaksi-galaksi yang teratur seandainya materi itu tersebar secara acak? Mengapa materi berkumpul di satu titik dan membentuk bintang? Bagaimana keseimbangan yang begitu indah pada tata surya dapat muncul dari ledakan yang dahsyat? Ini adalah per-tanyaan-pertanyaan penting dan menuntun kita pada pertanyaan yang sesungguhnya yaitu bagaimana alam semesta tersusun setelah Dentuman Besar.

Jika Dentuman Besar benar-benar ledakan yang maha menghancur-kan, maka masuk akal untuk memperkirakan bahwa materi akan tersebar ke segala penjuru secara acak. Namun ternyata tidak demikian. Materi hasil Dentuman Besar tersusun menjadi planet, bintang, galaksi, kluster, dan superkluster. Seolah-olah sebuah bom meledak dalam lumbung dan menjadikan seluruh gandum terisikan ke dalam karung, dan tersusun rapi di atas truk, siap untuk dikirimkan, bukannya tersebar acak-acakan ke seluruh penjuru. Fred Hoyle, penentang setia teori Den-tuman Besar, mengemukakan keterkejutannya sendiri akan keteraturan ini:

Teori Dentuman Besar menyatakan alam semesta dimulai dengan ledakan tunggal. Namun seperti terlihat pada bagian berikut, sebuah ledakan hanya akan membuat materi terlontar secara acak, namun Dentuman Besar secara misterius memberikan hasil berlawanan dengan materi terkumpul dalam bentuk galaksi-galaksi.

Salah satu teka-teki berhubungan dengan percepatan yang ditimbulkan oleh ledakan. Ketika ledakan terjadi, materi pasti mulai bergerak dengan kecepatan luar biasa tinggi ke segala arah. Namun ada hal lain yang harus diperhatikan dalam hal ini. Pasti ada gaya tarik yang begitu besar di awal ledakan: gaya tarik yang cukup kuat untuk mengumpulkan seluruh alam semesta pada satu titik.

Dua kekuatan berbeda dan saling berlawanan bekerja di sini. Kekuatan dari ledakan, melontar-kan materi ke luar dan menjauh, serta kekuatan dari gaya tarik, mencoba menahan kekuatan dari ledakan dan menarik semua materi untuk kembali menyatu. Alam se-mesta terbentuk karena dua kekuatan ini dalam keseim-bangan. Jika kekuatan gaya tarik lebih besar daripada kekuatan ledakan, alam semesta hancur bertubrukan. Jika terjadi sebaliknya, materi akan berpencar ke segala penjuru dan tidak mungkin menyatu kembali.

Lantas, seberapa peka keseimbangan ini? Berapa banyak "selisih" yang mungkin ada di antara dua kekuatan ini?

Ahli fisika matematis, Paul Davies, Profesor dari Universitas Adelai-de di Australia, melakukan perhitungan panjang terhadap keadaan yang harus ada pada saat Dentuman Besar terjadi dan meng-hasilkan angka yang hanya dapat digambarkan sebagai mencengang-kan. Menurut Davies, jika laju pengembangan hanya berbeda lebih dari 10-18 detik saja (satu detik dibagi satu miliar kemudian dibagi satu miliar lagi), alam semesta tidak akan terbentuk. Davies menjelaskan kesimpulannya:

Pengukuran yang teliti menempatkan laju pengembangan sangat dekat pada nilai kritis sehingga alam semesta dapat bebas dari gaya gravitasi dirinya dan mengembang selamanya. Sedikit lebih lambat maka alam semesta akan hancur bertubrukan, sedikit lebih cepat maka materi kosmik sudah menyebar secara acak sejak dulu. Sangat menarik untuk menanyakan dengan pasti seberapa rumit laju pengembangan ini telah disesuaikan dengan tepat untuk berada pada batas tipis dua kehancuran dahsyat. Jika pada waktu I S (pada saat pola waktu pengembangan telah terbentuk) laju pengembangan berbeda lebih dari 10-18 detik dari semestinya, maka sudah cukup untuk memorak-porandakan keseimbangan yang rumit tersebut. Energi ledakan alam semesta mengimbangi gaya gravitasinya dengan ketepatan yang nyaris tak dapat dipercaya. Dentuman Besar jelas bukanlah sembarang ledakan di masa lalu, namun ledakan dengan kekuatan yang dirancang begitu indah.

Lalu, apa yang diindikasikan keseimbangan yang begitu luar biasa ini? Satu-satunya jawaban rasional untuk pertanyaan itu adalah bahwa keseimbangan itu merupakan bukti rancangan sadar dan tidak mungkin ketidaksengajaan. Dr. Davies mengakui sendiri hal ini, meskipun kecenderungannya tetap mengarah pada materialisme:

Sulit untuk menolak bahwa struktur alam semesta sekarang ini, yang tam-pak begitu sensitif terhadap perubahan kecil dalam angka, telah dipikirkan dengan saksama.... nilai-nilai numerik ajaib yang disuguhkan alam untuk konstanta-konstanta dasarnya tetap merupakan bukti yang paling kuat bagi unsur rancangan kosmik.

Empat Gaya

Kecepatan Dentuman Besar merupakan salah satu keadaan keseimbangan yang luar biasa pada momen awal penciptaan. Segera setelah Dentuman Besar, gaya-gaya yang menopang dan mengatur alam seme-sta tempat kita tinggal harus "tepat benar" secara numerik, karena kalau tidak, alam semesta tidak akan terbentuk.

Ada "empat gaya dasar" yang dikenali fisika modern. Semua struk-tur dan gerakan dalam alam semesta diatur dengan keempat gaya ini, yang dikenal sebagai gaya gravitasi, gaya elektromagnetik, gaya nuklir kuat, dan gaya nuklir lemah. Gaya nuklir kuat dan lemah bekerja hanya pada skala atom. Kedua gaya lainnya-gaya gravitasi dan gaya elektromagnetik-mengatur kumpulan atom, dengan kata lain "materi". Keempat gaya dasar ini langsung bekerja setelah Dentuman Besar terjadi dan menghasilkan pembentukan atom-atom dan materi.

Paul Davies berkomentar tentang bagaimana hukum-hukum fisika menyediakan kondisi ideal untuk kehidupan manusia:
Kalau saja alam memilih serangkaian angka yang sedikit berbeda, dunia akan menjadi tempat yang sangat berbeda. 

Barangkali kita tidak akan ada untuk melihatnya…. Penemuan baru tentang kosmos primitif mewajibkan kita me-nerima bahwa alam semesta yang mengembang telah diatur dalam geraknya dengan suatu ketelitian yang menakjubkan.

Astronomi mengarahkan kita pada sebuah peristiwa unik, alam semesta yang diciptakan dari ketiadaan, alam semesta dengan keseimbangan sangat rumit yang diperlukan untuk menyediakan kondisi tepat bagi kehidupan, dan alam semesta yang mempunyai rencana dasar (bisa dikatakan "super-nasional").

Ilmuwan-ilmuwan yang baru saja dikutip telah menarik kesimpulan penting dari pengamatan mereka. Mengkaji dan memikirkan keseimbangan luar biasa dan keteraturan yang indah dalam rancangan alam semesta tak pelak lagi mengarahkan seseorang pada kebenaran: Di alam semesta, ada rancangan unggul dan keselarasan sempurna. Tidak diragukan lagi, Pembuat rancangan dan keselarasan ini adalah Allah, yang telah menciptakan segalanya tanpa cacat. 
Dalam salah satu ayat-Nya, Allah menarik perhatian kita pada keteraturan penciptaan alam semesta, yang direnca-nakan, dan diperhi-tungkan dalam setiap detail:

"Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi dan Dia tidak mempunyai anak dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya) dan Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya." (QS. Al Furqan, 25: 2) !

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya siang dan malam, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi segala jenis hewan dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan." (QS. Al Baqarah, 2:164) !

Melihat Kebenaran Nyata

Sains abad ke-20 telah menunjukkan bukti mutlak bahwa alam semesta diciptakan oleh Allah. Prinsip antropi yang telah disebutkan sebelumnya mengungkapkan bahwa setiap detail alam semesta telah dirancang bagi manusia untuk hidup di dalamnya dan bahwa tidak mungkin itu terjadi secara kebetulan.

Yang menarik adalah bahwa orang-orang yang menemukan semua ini dan sampai pada kesimpulan bahwa alam semesta tidak mungkin terbentuk tanpa sengaja adalah orang-orang yang sama dengan yang mempertahankan filsafat materialisme. Ilmuwan seperti Paul Davies, Arno Penzias, Fred Hoyle, dan Roger Penrose bukanlah orang-orang yang taat beragama dan mereka tentu saja tidak bertujuan membuktikan keberadaan Allah ketika mereka melakukan pekerjaan mereka. Orang dapat membayangkan bahwa mereka mencapai kesimpulan tentang rancangan alam semesta karena kehendak Mahakuasa yang tidak mereka sadari.

Ahli astronomi Amerika, George Greenstein, mengakui ini dalam bukunya The Symbiotic Universe:
Bagaimana ini bisa terjadi (bahwa hukum-hukum fisika menyesuaikan diri dengan kehidupan)?... Setelah kami meninjau semua bukti, suatu pemikiran berkeras muncul bahwa suatu kekuatan supranatural-atau tepatnya, Keku-atan-pasti terlibat. Mungkinkah bahwa tiba-tiba, tanpa diniatkan, kami mendapatkan bukti ilmiah akan kehadiran Dzat Maha Agung? Apakah itu Tuhan yang turun tangan dan berkenan menciptakan kosmos untuk keuntungan kita? 

Sebagai seorang ateis, Greenstein mengabaikan kebenaran nyata; walaupun dia tidak bisa mencegah dirinya bertanya-tanya. Di lain pihak, ilmuwan lain yang tidak begitu berprasangka, langsung mengakui bahwa alam semesta pasti telah dirancang khusus untuk umat manusia agar hidup di dalamnya. Ahli astrofisika Amerika, Hugh Ross mengakhiri artikelnya "Design and the Anthropic Principle" dengan kata-kata ini:

Pencipta yang transenden dan cerdas pasti telah menciptakan alam semesta. Pencipta yang transenden dan cerdas pasti telah merancang alam semesta. Pencipta yang transenden dan cerdas pasti telah merancang planet bumi. Pencipta yang transenden dan cerdas pasti telah merancang kehidupan.

Jadi, ilmu pengetahuan membuktikan penciptaan. Tentu saja ada Allah dan Dia menciptakan segalanya di sekeliling kita, terlihat maupun tidak. Dia adalah Pencipta tunggal keseimbangan yang luar biasa men-cengangkan dan rancangan langit dan bumi.

Telah sampai pada satu waktu bahwa sekarang materialisme tak lebih dari sistem kepercayaan takhyul, tidak ilmiah. Ahli genetik Amerika Robert Griffiths dengan bercanda menyatakan "Jika kita me-merlukan seorang ateis untuk berdebat, saya akan pergi ke jurusan filsafat. Jurusan fisika tidak berguna sedikit pun." 

Sebagai ringkasan: Setiap hukum fisika dan setiap konstanta fisik dalam alam semesta telah secara spesifik dirancang untuk memungkin-kan manusia ada dan hidup. Dalam bukunya The Cosmic Blueprint, Davies menyatakan kebenaran ini di paragraf terakhir, "Kesan adanya Rancang-an sangat mendalam."

 Tak diragukan lagi, rancangan alam semesta adalah bukti perwujud-an kekuatan Allah. Keseimbangan tepat dan semua manusia dan makhluk lainnya adalah bukti kekuatan agung Allah dan penciptaan. Hasil yang ditemukan oleh ilmu modern hanyalah pengerjaan ulang dari kebenaran yang telah diungkapkan empat belas abad lalu dalam Al Quran: 

"Sesungguhnya Tuhan kamu adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha-suci Allah Tuhan semesta alam." (QS. Al A'raaf, 7:54) !


diresensi oleh
MUHAMMAD YOSIEF FU’ADI, S.Si



dari buku


PUSTAKA SAINS POPULER ISLAMI
Karangan : Prof. HARUN YAHYA